Monday, August 4, 2014

Sakit itu mahal....So, jaga kesehatan ya....

Kamis, 24 Juli 2014 kami besiap untuk mudik ke Batang menggunakan travel jam 5 sore. Sebelumnya siang kami memutuskan untuk check up dulu kenapa perut bagian bawahku terasa sangat sakit sampai aku tidak bisa tidur semalam sampai jam 1. Papa memilih ke RS. Hermina untuk memeriksakannya langsung ke spesialis kandungan. Pemeriksaan awal dibuka dan dinyatakan bagus keadaannya tapi setelah di USG ternyata ada cairan mengambang. Sempat bingung juga dokternya dan akhirnya menyuruh kita untuk tes lab (tes kehamilam) dan dinyatakan aku positif hamil. Karena aku masih memakai IUD, jadi janinnya tidak dirahim (dinamakan hamil etopik atau yang sering disebut hamil anggur/hamil diluar kandungan). Pada awalnya aku merasa bingung mengapa bisa haid sampai 2X dalam sebulan dan ternyata darah yang keluar selama 2 hari itu buanlah darah haid melainkan darah karena terjadi pendarahan. setelah mengambil hasil lab kami kembali ke dokter dan dokter melakukan USG transvagina. Tetapi tetap tidak menemukan dimana janin itu berada. Maka dari itu dokter menyarankan untuk secepatnya dioperasi agar pendarahan tidak berlangsung terus. Jam 5 sore yang seharusnya kami berangkat ke Batang malah aku masuk ruang operasi. Disitulah aku diberi tindakan operasi P. Laparatomi dan diketahui bahwa telah terjadi infeksi usus yang menyebabkan terjadinya pelengketan ke saluran indung telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan disitu karena sel telur tidak meluruh keluar bersama darah haid. Karena janin semakin membesar mengakibatkan adanya pembuluh darah yang pecah yang menyebabkan sakit dibagian bawah perut dan pendarhan. Akhirnya dokter memutuskan untuk membuang salah satu indung telurku (sebelah kiri) karena saluran indung telurnya telah terinfeksi. Alhasil sekarang aku hanya mempunyai satu indung telur. Awalnya kami memutuskan untuk melepas spiral karena khawatir kejadian kemarin berulang lagi tapi dokter memberikan penjelasan bahwa tidak ada yang salah dengan posisi IUD dan masih bagus pula (belum kadaluarsa). Maka kami tidak jadi mencopot spiralnya karena berdasarkan penjelasan dokter sumber masalahnya bukan pada KB IUDnya melankan pada infeksi yang terjadi di usus. Biaya yang harus kami keluarkan untuk pemeriksaan awal, obat, operasi, dan kontrol hampir mencapai 14 juta. Sehat itu mahal apalagi kami tidak punya asuransi yang menjamin. So, harus pake uang sendiri....T.T sehat itu mahal, jadi jagalah kesehatan sebelum terlambat....

Akhirnya kami berlebaran di Tangerang setelah diperbolehkan pulang Minggu sore oleh dokter (3 hari dirumah sakit) dan aku tak kemana-mana selama seminggu karena luka bekas operasinya masih sakit jika dibuat jalan-jalan. Kami pulang ke Depok hari Jumat dengan mengajak mba Sri karena papi tidak membolehkan aku pulang jika tidak mengajak mba Sri untuk bantu-bantu pekerjaan rumahku. Papi takut aku kecapean. Senin kontrol kedokter diganti perban dan sudah boleh dibuka dan diberi bioplacenton sehari 3x pagi sore dan sebelum tidur dan disuruh kontrol sebulan lagi. Tadinya ketika gatal aku dengan enaknya menggaruk bekas luka operasi tapi setelah dibuka dan melihatnya aku kaget karena panjang sekali bekas sayatannya. Aku mengira hanya beberapa centi saja. Setelah itu aku merasa seperti tak terima dengan luka baru ini, kenapa harus aku yang mengalami dan merasa aneh jika ada orang yang menginginkan untuk caesar ketimbang melahirkan normal jika merasakan sakit dan bekas luka yang panjang diperut. Tapi papa membesarkan hatiku untuk bersyukur aku masih bisa ditolong dan menyuruhku untuk menjaga kesehatan dengan food combining.

No comments:

Post a Comment